Setiap ibu hamil yang sakit gigi wajib hukumnya untuk menghindari obat antinyeri NSAID seperti aspirin dan ibuprofen. American Pregnancy Association pun telah memperingatkan secara global untuk tidak menggunakan obat-obatan ini semasa kehamilan.
Penelitian menunjukkan, konsumsi aspirin dan ibuprofen saat hamil terkait dengan risiko bayi cacat lahir, masalah pada organ jantung, dan sistem pencernaan. Bahkan, penggunaan ibuprofen selama kehamilan dapat meningkatkan risiko keguguran.
Konsumsi obat-obatan NSAID selama kehamilan secara umum turut dikaitkan pula dengan penutupan duktus arteriosus (pembuluh dari jantung ke paru-paru), keracunan ginjal pada janin, dan menghambat persalinan.
Berikut obat sakit gigi yang aman untuk ibu hamil.
1. Paracetamol
Hampir sama dengan obat lain yang diminum selama masa kehamilan, konsumsi lah paracetamol dengan dosis paling rendah dan hanya dalam waktu yang singkat.
2. Antibiotik
Antibiotik bisa menjadi obat sakit gigi yang aman untuk diminum ibu hamil. Sebab, obat jenis ini merupakan hal umum yang diberikan dokter selama masa kehamilan. Berikut beberapa jenis antibiotik yang tergolong aman sebagai obat sakit gigi untuk ibu hamil, seperti:
- Penisilin
- Eritromisin
- Klindamisin
Jika sudah diresepkan antibiotik, minum sampai habis sesuai aturan dosis dan jangka waktu yang ditetapkan dokter. Jangan menambahkan, mengurangi, menghentikan, atau memperlama dosis tanpa sepengetahuan dokter.
Obat sakit gigi antibiotik dari resep dokter
Jika minum obat sakit gigi biasa tidak ampuh, Anda mungkin bisa mencoba antibiotik untuk mengobati sakit gigi. Namun, antibiotik hanya akan diresepkan dokter jika sakit gigi Anda disebabkan oleh infeksi. Tanda-tanda infeksi pada gigi adalah gusi yang bengkak meradang dan muncul kantong nanah (abses gigi).
Antibiotik berfungsi mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Secara umum antibiotik bekerja melawan, memperlambat, dan membunuh pertumbuhan bakteri jahat di dalam tubuh.
Obat ini terbagi menjadi beberapa golongan yang memiliki cara kerja berbeda untuk melawan bakteri penyebab infeksi. Apa saja pilihan antibiotik untuk sakit gigi yang umum diresepkan dokter?
1. Amoxicillin
Salah satu antibiotik yang paling sering diresepkan untuk mengobati sakit atau infeksi gigi adalah amoxicillin. Amoxicillin termasuk dalam kelompok penisilin. Obat ini bekerja membunuh bakteri penyebab infeksi dalam tubuh atau mencegah pertumbuhannya.
Sebelum minum obat ini, beritahu dokter bila Anda punya alergi terhadap antibiotik jenis penisilin atau obat jenis lain.
2. Metronidazol
Metronidazole tergolong dalam kelas antibiotik nitroimidazole yang diresepkan untuk golongan bakteri tertentu. Obat ini terkadang diberikan dengan antibiotik golongan penisilin untuk mengatasi sakit gigi.
Antibiotik untuk sakit gigi ini akan bekerja optimal bila digunakan teratur sesuai anjuran dokter. Oleh sebab itu, minum obat ini di waktu yang sama setiap hari.
Bila Anda merasa mual, Anda bisa minum obat ini bersama dengan makanan atau segelas susu. Jangan minum alkohol selama mengonsumsi metronidazol karena dapat menyebabkan masalah pada lambung.
3. Erythromycin
Erythromycin (eritromisin) dapat diresepkan dokter bila Anda memiliki alergi terhadap antibiotik golongan penisilin. Obat ini masuk dalam golongan antibiotik makrolida.
Sama seperti obat antibiotik untuk sakit gigi lainnya, eritromisin bekerja melawan dan menghentikan pertumbuhan bakteri dalam mulut penyebab sakit gigi.
Obat ini sebaiknya diminum sebelum makan karena akan lebih mudah diserap ketika lambung dalam keadaan kosong.
Obat ini termasuk ke dalam risiko kehamilan kategori B menurut US Food and Drugs Administration (FDA) atau setara dengan Badan POM di Indonesia. Kategori B ini menunjukan obat ini tidak berisiko pada beberapa penelitian terhadap ibu hamil.
Namun, jangan ragu berkonsultasi ke dokter untuk memastikan keamanan minum obat ini jika Anda sedang hamil atau menyusui.
4. Clindamycin
Bila antibiotik golongan penisilin atau eritromisin tidak ampuh untuk mengobati sakit gigi Anda, dokter dapat meresepkan clindamycin.
Clindamycin adalah obat yang masuk golongan antibiotik lincomycin. Obat ini sering digunakan untuk mengobati jerawat. Namun, dokter juga dapat meresepkan obat ini untuk mengatasi sakit gigi. Obat ini tersedia dalam banyak bentuk, seperti kapsul, sirup, gel, dan lotion.
Minum obat ini dengan sendok takar yang tersedia dalam boks kemasan bila dokter meresepkan obat ini dalam bentuk sirup. Hindari pakai sendok makan biasa untuk minum obat ini, ya!
Hentikan penggunaan obat ini dan segera periksa ke dokter bila Anda mengalami efek samping yang serius seperti diare berdarah, mata atau kulit menguning, kesulitan buang air kecil, dan reaksi alergi yang parah.
5. Azithromycin
Jenis antibiotik untuk sakit gigi yang satu ini mempunyai cara kerja yang dapat melawan berbagai macam bakteri sekaligus menghentikan pertumbuhannya. Azithromycin mungkin efektif untuk mengobati beberapa infeksi gigi.
Namun, biasanya dokter akan memberikan resep obat jenis ini ketika Anda mempunyai alergi pada antibiotik jenis penisilin serta klindamisin. Dosis dari setiap azithromycin adalah 500 mg setiap 24 jam dan harus dikonsumsi selama 3 hari berturut-turut.
Tidak Semua Orang Antibiotik untuk Sakit Gigi
Anda tak boleh asal minum antibiotik untuk mengatasi sakit gigi. Alih-alih cepat sembuh, penggunaan antibiotik yang tidak tepat justru membuat kondisi Anda semakin memburuk.
Penting untuk dipahami bahwa tidak semua masalah gigi dan mulut membutuhkan pengobatan antibiotik. Umumnya antibiotik dibutuhkan bila:Anda menunjukkan tanda-tanda infeksi bakteri, meliputi demam tinggi, pembengkakan, peradangan, hingga muncul abses di bagian gigi yang bermasalah.
Infeksi telah menyebar ke bagian tubuh lain.
Anda memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah. Entah karena faktor usia atau punya riwayat medis tertentu, misalnya kanker, AIDS/HIV, diabetes, dan lain sebagainya.
Pastikan Anda memberi tahu dokter tentang riwayat medis yang Anda miliki. Salah satunya bila Anda punya riwayat alergi terhadap jenis antibiotik tertentu. Selain itu, beritahu dokter juga perihal obat-obatan yang sedang rutin diminum setiap hari termasuk vitamin, suplemen makanan, obat resep dari dokter, obat bebas, hingga obat herbal.
Minumlah obat antibiotik sesuai dengan anjuran dokter. Supaya obat bekerja lebih optimal, minum obat di waktu yang sama setiap harinya.
Anda tidak boleh menambahkan atau mengurangi dosis obat tanpa persetujuan dokter. Jadi, jangan berhenti minum obat antibiotik meski gejala yang Anda alami sudah hilang atau kondisi Anda mulai membaik.
Perlu diketahui, penggunaan antibiotik dengan sembarangan dapat meningkatkan risiko resistensi antibiotik. Jika sudah begini, penyakit yang Anda alami akan lebih sulit untuk diobati. Bila Anda mengalami keluhan tertentu, segera laporkan ke dokter.