Di setiap agama seperti Islam, Kristen, Hindu dan Yahudi telah
berkembang keyakinan bahwa hilangnya keperawanan sebelum pernikahan
adalah hal yang sangat memalukan. Bahkan dalam ajaran Kristen, keyakinan
akan keperawanan Bunda Maria (Ibu Jesus) adalah fondasi kuat dalam
menempatkan keperawanan sebagai hal penting dalam kehidupan. Secara
tradisional, dalam perayaan pernikahan di Barat, cadar serta gaun putih
juga dijadikan sebagai sebuah simbol keperawanan seorang pengantin.
Istilah
keperawanan memang telah digunakan untuk menggambarkan seseorang yang
tak pernah berhubungan seksual. Keberadan selaput dara yang utuh
seringkali dijadikan bukti fisik dari keperawanan. Lebih jauh lagi,
masayarakat di negara berkembang yang persepsi serta pengetahuan
seksualnya rendah, keyakinan akan keperawanan ditandai dengan keluarnya
darah pada saat malam pertama. Darah inilah yang dikenal dengan istilah
"Darah Perawan".
Akan tetapi, seperti dipaparkan Profesor Wimpie
Pangkahila Sp.And, pakar Andrologi dan Seksologi dari Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana Bali, darah perawan itu sebenarnya hanya
mitos belaka "Wanita yang tidak terangsang untuk ngeseks atau sedang
berada dalam tekanan psikogenik (kejiwaan dan genetika), bisa mengalami
pendarahan ketika ia memaksakan hubungan seks," ungkapnya dalam sebuah
makalah tentang kesehatan seksual.
"Namun begitu, wanita yang
benar-benar terangsang hasratnya dan terbebas dari beban psikologis
tidak akan mengalami pendarahan meski ia melakukann hubungan seks untuk
pertamalinya. Oleh sebab itu, sangat jelas dan tidak diragukan lagi
bahwa istilah darah perawan hanyalah mitos belaka," jelasnya.
Sayangnya,
lanjut Prof. Wimpie, mitos soal darah perawan seringkali menimbulkan
masalah yang merugikan wanita. Tak jarang para suami yang berani
menceraikan sang istri jika ia tidak melihat darah perawan pada saat
malam pertama.
Di sebuah negara seperti Turki, ada dokter yang
bersedia melakukan uji keperawanan atas permintaan pasien, meskipun hal
ini ditentang oleh Asosiasi Kedoketaran di sana. Uji keperawanan
sebenarnya tidak berarti sama sekali karena selaput dara yang robek atau
rusak bukan berarti seorang wanita pernah melakukan hubungan seks.
Hal
itu, menurut Wimpie, dapat disebabkan penggunaan tampon (sumbat kapas
sebesar jari) atau kebiasaan masturbasi memakai alat yang dimasukkan
pada vagina. Di lain pihak, ada pula para wanita yang organ intimnya
tidak memiliki selaput dara dengan persentase kurang dari 0,03 persen
(Jenry et al 1987).
Sebaliknya, keutuhan selaput dara pun tidak
serta merta menunjukkan seorang wanita tak pernah melakukan hubungan
seks. Faktanya, selaput dara tidak harus selalu robek setelah
berhubungan intim. Hasil pengujian selaput dara pada 1.000 remaja putri
yang pernah melakukan seks lewat vagina menunjukkan kebanyakan selaput
tampak kacau, tidak menentu, dan mengumpul di bagian pinggir vagina.
Jarang terjadi selaput dara terbelah secara komplet atau benar-benar
sobek.
Lebih jauh, status selaput dara juga tidak berkaitan
dengan perilaku seksual. Utuhnya selaput dara tidak berarti bahwa wanita
tidak pernah melakukan aktivitas seks. Seorang wanita mungkin saja
pernah melakukan berbagai jenis aktivitas seks termasuk oral, kecuali
seks dengan penetrasi. Pada kasus ini, tentu saja selaput dara masih
akan tetap utuh.
Pada situasi yang tak jelas ini para dokter
dituntut menjelaskan hal yang sesungguhnya tentang keperawanan dan
selaput dara ini. Sayang, ada beberapa dokter yang justru melakukan
praktik memperbaiki atau meniru selaput dara. Pada tahun 1960, praktik
yang disebut hymenoplasty berkembang di Jepang untuk membantu banyak
gadis yang sudah sering melakukan hubungan seks. Meski para dokter yang
mempraktikkan hymenoplasty ini beralasan bahwa etika rekonstruksi
selaput dara ini bisa dibandingkan dengan bedah plastik, pendapat ini
tidaklah ilmiah.
Tindakan bedah plastik dilakukan pada bagian
tubuh seperti wajah atau payudara dan tidak terkait dengan mitos. Para
dokter diharapkan mempunyai tanggungjawab moral guna menghapus mitos
yang menyesatkan dan tak bermanfaat. Dengan begitu, tindakan peniruan
selaput dara atau hymenoplasty pada gadis yang sudah tidak perawan
hanyalah akan menjadi upaya memelihara, mengabadikan mitos tentang
selaput dara dan keperawanan.
Your article is very good
BalasHapusjasa pijat
pijat refleksi
jasa panggilan pijat
jasa supir
jasa supir harian
jual madu jakarta
madu asli
agen madu asli
jual madu asli
toko madu asli
madu hutan asli
madu asli depok
madu asli tangerang
madu asli bogor
madu asli bekasi
madu asli jakarta
madu asli baduy
toko madu
jual madu
toko madu jakarta
agen madu murni
madu hitam asli
agen madu jakarta
distributor manekin
toko manekin
sewa manekin
jual manekin
jual manekin murah